mizzsekar
Palembang, April 2011
Dear kamu,
Iya kamu, kamu yang selama ini aku cari. Kamu yang selama ini, — mungkin – jadi penantian terkhirku. Kamu yang mungkin saat ini sedang membaca suratku. Apa kabar? Aku? Aku selalu baik. Walaupun ada sedikit potongan hati yang masih hilang dan belum aku temukan. Yang aku yakin, kamu masih menyimpannya. Dan mungkin aku pun harus mengambilnya lagi 
Kamu tau, bahwa sejak kita sudah tidak bersama. Sejak kamu memutuskan untuk pergi dari kehidupanku. Aku seperti kehilangan arah. Kehilangan sesuatu yang selalu membangkitkan aku. Sesuatu yang selalu membuat aku tersenyum. Tapi, aku harus move on. Aku harus memberikan hatiku yang lain kepada orang yang lebih mencintai aku. Dan tidak bisa terus meratapi kepergianmu.
Persis dua bulan yang lalu, aku menyempatkan diri membereskan beberapa lemari dikamar bacaku. Aku melihatnya lagi. Kaleng susu bubuk yang dulu kamu titip ke aku. Yang kamu bilang bahwa itu adalah celengan kita buat modal memulai hidup bersama. Iya, kamu berjanji padaku bahwa kamu akan terus menjagaku sampai di ujung usia. Tapi, belum lah sampai pada pertengahan rencana itu. Kamu pun pergi. Entah kenapa. Sampai saat ini aku masih terus mencari jawabannya. Jawaban dari pertanyaanku itu. Walaupun sebenarnya Tuhan sudah memberikan jawabannya. Bahwa jodoh kita tidak sampai ujung usia.
Dear kamu,
Sebulan ini aku seneng. Kamu berusaha keras menemui aku. Berusaha mencari celah bagaimana caranya bisa sedikit membagi kerinduan setelah hampir tiga tahun kamu pergi begitu saja dari hidupku. Tapi itu sulit. Tidak pernah segampang kamu membalikan telapak tangmu. Tidak segampang kamu menarik nafas mu.
Kenapa?
Aku sudah tidak sendiri. Aku sudah memilih siapa yang akan menjadi temanku sampai di ujung usiaku. Rasanya berat mengatakan ini kepadamu. Tapi, ya itulah kenyataannya. Jujur, aku berusaha membohongi hatiku. Aku begitu terlihat mudah mengucapkannya. Tapi aku sebenarnya merana, aku nelangsa dan kecewa. Mengapa bukan kamu? Bukan kamu yang menemaniku. Seperti janji kita dulu.
Seminggu lalu, semua selesai. Kamu pun menceritakan dengan jelas. Bahwa kamu pun sebenarnya telah memilih perempuan lain. Yang bisa menemanimu. Tapi, dia harus banyak belajar dariku. Bagaimana bisa begitu mengerti kamu. Bagaimana bisa memahami mood kamu yang gampang naik turun. Ya, kamu mengatakan hal itu. Kamu bilang bahwa – mungkin – Cuma aku satu – satunya perempuan yang sangat mengerti kamu. Dan memahami kamu. Itu manis, manis sekali. Aku sampai tak bisa menahan tetesan air mata ini ketika ingat apa yang kamu katakan itu.
Pertemuan sore ini, di perjalan menuju aiport aku anggap sebagai pertemuan terkahir. Tapi bukan buat pergi ke”sana” ya. Amit – amit deh kalau itu. Hehehe…. maksud aku, pertemuan terakhir sebelum kamu dan aku memutuskan mengakhiri masa sendiri kita. Aku Cuma bisa berdoa, bahwa pilihan kita adalah pilihan terbaik buat kamu dan aku.
Dear kamu,
Kamu tau, aku menangis dipelukannmu tadi. Rasanya kejadian tiga tahu lalu berulang kembali, ketika kamu meninggalkan aku untuk selamanya. Tapi kenapa yang ini rasanya begitu sakit. Begitu berat. Tapi biarlah, ini yang terbaik buat kamu dan aku.
Kamu tau, ketika kamu mendaratkan bibirmu di keningku. Semua semakin bertambah berat. Semua yang ada dihidupku sepertinya hanya kamu yang selalu ingin aku bagi. Berbagi bahagia, duka dan nestapa. Aku kadang berfikir bahwa kita ini bagai sesuatu yang saling mengikat. Apapun yang terjadi dengan mu akan selalu kamu bagi denganku. Begitu pun aku.
Ah, ini berat sekali bukan. Ribuan kali aku berusaha menahan desah nafas panjangku. Dan ribuan kali pula aku berusaha menyeka air mata ini setiap meilihat fotomu.Tapi, sekali lagi i have to move on rite.
Aku selalu berdoa bahwa perempuan itu bisa belajar untuk memahami kamu. Memahami bagaimana dirimu. Karena aku pun, sudah cukup memahami kamu. Sampai ke setiap inch lekuk tubuhmu pun aku paham 
Jangan jadi bandel lagi ya. Meninggalkan pasanganmu, mengecewakannya seperti aku dulu. Aku percaya bahwa kamu sudah berubah. Aku percaya itu.
Dear kamu,
Aku rindu kamu. Aku rindu pelukmu. Rindu desah nafasmu di telingaku ketika kamu mengatakan i love you.
Kita sama – sama berdoa ya. Bahwa ini semua yang terbaik buat aku dan kamu. Biarlah kaleng susu butut itu menjadi cerita kita. Didalamnya aku simpan rapat – rapat semua kenangan manis, asin, asem dan pahit tentang kita.
Jadilah yang terbaik buat pasanganmu.
Lotta love for you,
Your soulmate
Labels: edit post
0 Responses

Post a Comment